BAB I
PENDAHULUAN
Seorang
hamba, pada hakekatnya tidak pernah lepas dari pengawasan Allah. Hal itu
merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah kepada umatnya. Kemudian sebagai
seorang hamba, hendaknya kita harus tahu bahwa cara Allah mengasihi hamba-hambaNYA.
Tidak selalu diberikan kenikmatan sebagai wujudnya, tetapi cobaan juga
merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada umatnya. Sehingga, selayaknya kita
bisa mensyukuri apabila mendapat nikmat dan bersabar ketika mendapat ujian.
Sebagai
wujud kecintaan seorang hamba kapada Allah, banyak hal yang bisa dilakukan.
Beberapa diantaranya hendaklah selalu berbuat baik dan bersabar menghadapi
kehidupan. Memanfaatkan semua anugrah Allah juga merupakan salah satu mencapai
itu. Seorang hamba juga harus senantiasa ridho dengan keputusan Allah dan
menerimanya dengan ikhlas. Hal ini akan semakin mendekatkan diri kepada-Nya di
kala kita sedang mendapat kenikmatan ataupun dalam keadaan susah.
Begitu
pula terhadap Rasulullah SAW. Sebagai seorang umat yang mengharapkan syafaatnya,
sudah sepantasnya kita selalu memupuk rasa cinta kita kepadanya. Banyak cara
mencapai itu semua. Dengasn mengamalkan ajaran-ajaran Rasulullah SAW dan juga
senantiasa bershalawat akan membantu
wujudkan hal itu. Selainnnya, masih banyak lagi. Dalam makalah ini akan
disampaikan sedikit penjabaran tentang cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
Latar Belakang Masalah
Berdasarkan
dari uraian di atas, dapat diambil beberapa pokok masalah. Semua itu
diantaranya adalah :
1)
Bagaimana wujud cinta pada Allah yang sebenarnya?
2)
Apa tanda-tanda kecintaan hamba pada Allah?
3)
Seperti apa hakekat cinta pada Nabi Muhammad SAW itu?
BAB II
CINTA KEPADA
ALLAH DAN RASUL-NYA
عن
عائشة رضى الله عنها انها قالت . من احب الله تعالى اكثر ذكره، وثمرته ان يذكره الله
برحمته وغفرانه ويد خله الجنة مع انبيائه واوليائه ويكرمه برؤية جماله، ومن احب النبى
عليه السلام اكثرمن الصلاة عليه وصحبته فى الجنة (كذافى الجامع الصغير)
Dari
Aisyah RA, bahwa dia berkata:” Barang siapa mencintai Allah Ta’ala, maka dia
banyak mengingat-Nya, sedang buahnya ialah, bahwa Allah mengingat dia dengan
rahmat-Nya dan ampunan-Nya serta memasukanya ke dalam surge bersama para
Nabi-Nya dan para Wali-Nya, dan dimuliakan dia oleh-Nya dengan melihat
keindahan-Nya. Dan barang siapa mencintai Nabi SAW, maka dia banyak bershalawat
kepadanya, sedang buahnya ialah, mencapai syafaatnya dan berteman dengannya di
surga,” (Demikian tersebut dalam al-Jami ‘us-Shagir)
A.
CINTA
KITA KEPADA ALLAH SWT
Cinta Allah kepada hamba ialah
kehendak-Nya untuk mendekati , memuliakan dan menolongnya dalam segala keadaan. Orang yang dicintai
Allah SWT akan di perlakukan lembut, dikasihi dengan segala kebaikan ,
diwujudkan segala cita-cita nya, dan tidak akan merasa terbebani dengan segala
amal dan kerja keras.
Sementara cinta hamba kepada Allah adalah
keterikatan hati kepada Allah saat mengingat-Nya, langgengnya keasyikan dan
kenikmatan saat bermunajat kepada-Nya, terasa lezatnya saat mengabdi
kepada-Nya, dan kerinduan yang sangat kepada Allah saja, tidak kepada yang
lainya.
Rasulullah SAW bersabda: “Ada tuga hal
yang apabila seseorang melakukan ketiganya sungguh telah menyempurnakan
keimanan: pertama, mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang lainya. Kedua,
mencitai seseorang hanya karena Allah. Dan ketiga, benci kembali pada kekufuran
setelah Allah menyelamatkanya, seperti ia benci dilemparkan ke neraka”.
Hasan Al-basri berkata: “Siapa saja yang
mengenal Tuhannya, pasti akan mencintai-Nya. Siapa saja yang mengenal
dunia, pasti akan berhati-hati
terhadapnya.” Setiap seseorang yang
sudah bisa menyatukan hatinya kepada tuhan-Nya, niscaya ia akan terjaga dari
nafsu-nafsu duniawi yang akan menjerumuskan ke dalam kesyirikan dan
kesombongan.
B.
Diskripsi
Cinta pada Allah
Dalam salah satu karyanya Quraisy Shihab
yang berjudul “Logika Agama” dijelaskan bahwa cinta pada Allah terdiri dari
tiga aspek. Semuanya harus ada sebagai cermin wujud cinta Allah seutuhnya.
Menurutnya cinta itu dimulai dengan meyakini dalam hati dengan tulus dan ikhlas
Allah sebagai tuhan semesta alam. Kemudian mengungkapkan dengan lisan, dengan
banyak berdzikir, istighfar maupun berkata-kata yang baik. Sesudah itu juga
direalisasikan dalam tindakan sehari-hari. Dalam tiap tindakan senantiasa
sesuai dengan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah. Dengan
demikian, Quraisy Shihab juga menjelaskan baahwa seorang hamba yang cinta pada
Allah pastinya tidak pernah lupa pada Allah pada tiap nafas dan perjalanan
hidupnya.
Selain itu ada juga diskripsi menurut
Yusuf Qardhawi. Dia menjelaskan bahwa cinta pada Allah terdiri dari hati dan
tindakan. Maksudnya, Seorang yang cinta pada Allah harus yakin dengan ketuhanan
dan Maha Kuasanya Allah. Kemudian hamba itu beribadah dan berbuat baik dalam
hidupnya sebagai wujud dari keyakinannya itu. Tetapi dalam tiap langkahnyaitu,
harus senantiasa berdasar kuat pada tuntunan juga ajaran maupun syareat agama.
Sehingga, apa yang dilaksanakan benar-benar sesuai dengan hal-hal baik yang
diridhoi Allah.
Dari apa yang diuraikan ini, tentu akan
berbeda dengan ungkapan Imam Ghazali walaupun pada intinya sama. Menurutnya,
cinta ini cukup dengan yakin dan memahami dengan mendalam ketuhana Allah ikhlas
sepenuh hati dan sungguh-sungguh. Dengan adanya hal ini, orang pastinya akan
terdorong dengan sendirinya untuk senantiasa berbuat baik. Dalam hal ini Al
Ghazali lebih mengedepankan pada kesadaran diri untuk beragama dengan memahami
hakekat hidup. Sebab memang pada dasarnya dengan memahami hakekat hidupnya,
seorang hamba akan tahu apa hal terbaik yang harus dilakukan untuk dirinya.
C.
CINTA
ALLAH KEPADA HAMBA DAN TANDA-TANDA CINTA
HAMBA KEPADA ALLAH.
Tentang cinta Allah kepada hamba , maka
ketahuilah bahwa Al-Qur’an telah memberikan kesaksian yang nyata, sebagai mana
firman-Nya,
“Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang taubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS.
Al-Baqarah, 222)
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di
jalan-Nya dalam barisan yang teratur,
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”
(As-Shaff, 4)
Di antara tanda cinta Allah kepada hamba
ialah sabda Nabi SAW,
ان
الله اذا أحب عبدا ابتلاه (رواه ترمذى)
Artinya: “Sesungguhnya jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia
mengujinya.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi).
Di antara tanda-tanda yang paling kuat
adalah pengaturanya yang baik, keadaanya terbimbing semenjak kecil dalam aturan
yang baik, iman bersemayam di dalam hatinya, akalnya disinari cahaya, mengikuti
apa yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah dan menghindari segala apa yang
menjauhkanya dari Allah.
Kemudian Allah juga melindunginya dengan
memudahkan segala urusanya, meluruskan zahir dan batinya dan menjadikan
hasratnya hanya satu, Jika cintanya semakin mendalam, maka semakin tidak peduli
terhadap hal-hal lain selain Allah.
Sedangkan cinta hamba kepada Allah, maka
ketahuilah bahwa cinta itu tentu
dinyatakan setiap orang. Terlalu mudah bagi mereka untuk mengucapkan kata
cinta, padahal tidak seharusnya manusia
terperdaya oleh kepalsuan yang dihembuskan oleh syetan.
Jiwa yang terpedaya ialah jika ia
membual mencintai Allah, namun tidak mengujinya
dengan tanda-tanda tertentu dan tidak menuntutnya untuk menghadirkan
bukti penguat.
Di antara tanda-tanda cinta seorang
hamba kepada Allah:
1. Selalu
ingin bertemu dengan yang dicintainya, yaitu Allah.
Rasulullah
SAW bersabda: “ Siapa saja yang rindu bertemu Allah, Allah pasti merindukanya”.
2. Apabila
hati dan lidah tidak pernah berhenti mengingat Allah SWT.
Ibn
Mas’ud berkata, “tidak pantas seseorang bertanya tentang dirinya kecuali pada Al-Qur’an. Jika mencintai
Al-Qur’an berarti ia mencintai Allah.”
3. Senang
berkhalwat (menyendiri bersama Allah) pada saat sepi. Dan memutuskan hubungan
dengan mahluk lain saat gelap malam hanya untuk menghadap Allah.
4. Tidak
menyesal terlewatkan kesempatan duniawi, penyesalan terjadi apabila lalai dari
Allah SWT.
Selain
tanda-tanda di atas, tanda kecintaan Allah pada hamba diantaranya :
a. Turunnya
hujan ke dunia.
b. Diciptakannya
siang dan malam.
c. Diciptakannya
manusia dalam berbagai rumpun suku, bangsa dan bahasa.
d. Berpasang-pasangannya
tiap makhluk di alam semesta.
e. Adanya
lautan dan seluruh isi semesta alam dan banyak lagi tanda kecintaan Allah pada
hambanya.
D.
CINTA
KITA KEPADA RASULALLAH SAW
Seperti yang kita ketahui selama ini
bahwasannya agama Islam yang kita yakini kebenarannya sampai hari ini,
merupakan agama yang di bawa oleh seorang nabi Agung Muhammad SAW. Yang dia
dapatkan dari wahyu Tuhan semesta alam “ALLAH SWT”. Oleh karena itu sepantasnya
kita yang sampai hari ini pula masih mengaku sebagai penganut agama Islam ini,
harus mengikuti suri tauladan dan tingkah laku sosok orang yang luar biasa
tersebut. Tidak berhenti sampai disitu, tetapi kita juga mempunya kewajiban –
kewajiban yang semestinya kita laksanakan terhadap beliau. Diantaranya:
Kewajiban Pertama Atas Umat Ini, Setelah
Meyakini Kenabian Beliau Adalah Mencintai Beliau, Cinta yang Benar-Benar Tumbuh
dari Hati yang Suci.
Bahkan wajib hukumnya untuk mencintai
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi cinta kita kepada orang tua,
anak, istri, bahkan seluruh manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
{
لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده و الناس أجمعين }
“Tidaklah beriman salah seorang di
antara kalian sehingga dia mencintaiku melebihi daripada cintanya kepada orang
tua, anak, bahkan manusia seluruhnya”. (HR. Bukhari bab Hubbur rasuul shallallahu
‘alaihi wa sallam minal iimaan)
Di antara tanda kebenaran cinta
seseorang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah keinginan
mereka untuk dapat melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti
sabda beliau di dalam shahih Muslim:
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
{مِنْ أَشَدِّ أُمَّتِي لِي حُبًّا نَاسٌ يَكُونُونَ بَعْدِي يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ
رَآنِي بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ{
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda: “Yang paling cinta
kepadaku di antara umatku adalah orang-orang yang hidup sesudahku, di mana
salah seorang di antara mereka ingin melihatku walau harus mengorbankan
keluarga dan harta benda.” (HR. Muslim bab Fii man yawaddu ru’yatan nabiyyi
shallallahu ‘alaihi wa sallam)
Kewajiban umat ini yang kedua dan
selkaligus menjadi Hak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Adalah Engkau
Meyakini Bahwa Tidak Ada Kebahagiaan dan Tidak Ada Kebaikan, Melainkan Hanya
Dengan Mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Semua jalan menuju Allah tertutup,
kecuali jalan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apabila kita menginginkan
hidayah, Sesungguhnya kita tidak akan mendapatkannya kecuali hanya dengan
mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah azza wa jalla
berfirman:
وَاتَّبِعُوهُ
لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ الأعراف
“Dan ikutilah dia (Rasulullah) agar
kalian mendapatkan petunjuk.” (QS. Al-A’raaf: 158)
Yang ketiga dari kewajiban kaum muslimin
terhadap Rosulnya adalah Tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang
disyari’ahkan oleh Rasulullah SAW. Sabda Nabi:
“Tidak beriman diantara kamu sehingga hawa nafsunya tunduk kepada apa
yang kubawa” (HR Tirmidzi)
Yang keempat dari kewajiban kaum
muslimin terhadap nabi Muhammad SAW.
Adalah menuruti perintahnya “ tingkah lakunya” / taat kepadanya.
مَنْ أَطَاعَنِى دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ عَصَانِى
فَقَدْ أَبي
"siapa yang taat kepadaku maka dia
masuk surga,dan siapa yang menyelisihiku maka dialah yang enggan (masuk
surga)."
Imam Qurtubhi mengatakan: bahwa setiap
orang yang beriman kepada nabi Muhammad dengan sebenar- benarnya iman, maka
dirinya tidak akan pernah hampa dari rasa cinta dan taat kepadanya, meskipun
kecintaan dan ketaatan mereka berbeda-beda. Sehingga mereka ada yang taat dan
cinta kepada Rasulullah telah mencapai tingkatan yang tinggi, dan sebagian lain
hanya mencapai tingkat rendah. Tetapi sebagian besar mereka jika disebut nama
Rasulullah, maka hasrat mereka untuk melihatnya sangat besar, karena menurut
mereka melihat beliau sangat berpengaruh terhadap diri, keluarga, anak-anak,
harta dan orang tua mereka. Maka tidak jarang kita mendapatkan sebagaian mereka yang
mengeluarkan tenaga, harta dan kemampuannya untuk dapat berziarah ke makam
Rasulullah dan melihat makam beliau.
Inilah sebagian bukti rasa cinta dan taat kita terhadap Rasulullah
dengan sepenuh hati dan tenaga seharusnya kita upayakan untuk menjadikan kita
sebagai umat beliau yang sebenarnya.
Seperti halanya mayoritas manusia pada
umumnya, ketika dia mencintai dan meyakini adanya sesosok yang dia kagumi dan
dia cintai, pasti dia akan berbuat sebisa mungkin untuk membuat orang yang dia
cintai dan ia kagumi menjadi bahagia tidak hanya itu, orang itupun pasti akan
melaksanakan semua keinginan dan permintaan sang pujaannya.
Nampaknya
dari sedikit narasi diatas menyiratkan bahwasannya pemakalah sepakat dengan
pendapat tokoh Islam ‘ Imam Qurthubi’ bahwasannya jika seseorang merasa cinta
terhadap seseorang maka dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat
dirinya dan orang yang dicintainya menjadi bahagia.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Mencintai Allah adalah kewajiban kita,
bahkan cinta kita terhadap sesama manusia, keluarga, bahkan itu Rasul sendiri
tidak boleh dilebihkan terhadap cinta kita kepada Allah. Adapun cara untuk
merealisasikan cinta kita kepada Allah adalah dengan berpegang kepada Al-Qur’an
dan Hadis untuk menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Adapun
cara yang lain untuk menunjukkan cinta kita adalah dengan mengetahui asma al
husna, seperti dalam pribahasa tak kenal maka tak sayang, oleh karena itu bila
kita sudah mengenal nama lain dari Allah maka tambahlah kecintaan kita kepada
Allah dan begitu pula Allah akan mencintai kita karena kita sudah mengenalnya.
Mencintai Rasul adalah kewajiban kita
setelah kita mencintai Allah, dan kita diperintahkan untuk mencintai Rasul
tidak melebihi cinta kita kepada Allah, dan kita harus lebih mencintai Rasul
daripada keluarga, saudara, ataupun manusia lainnya. Adapun cara merealisasikan
cinta kita kepada Rasul adalah dengan kita meneladani sifat-sifatnya serta
menjalankan ibadah sesuai dengan apa yang diajarkan olehnya. Dan cara yang lain
mencintai rasul adalah dengan cara kita mencintai atau menghormati
keturunannya.
Dalam mencintai Allah dan rasulNYA,
manusia diharuskan dengan ikhlas sepenuh
hati. Sebab dengan begitu, seoang hamba akan mendapatkan banyak hal. Bahkan,
hakekat hidup ini hanya bisa terpenuhi bila ada hal itu. Tentunya, semua itu
bukanlah hal yang mudah mengingat begitu besarnya hasil yang diperoleh.
Sehingga benar saja kalau ada filosofo mengatakan “hidup adalah perjuangan
mencapai sukses dan keberhasilan”
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Darini,
‘Abd Al-‘Aziz. Terapi Menyucikan Hati. Bandung : Penerbit Al-Bayan. 2003.
Suhardi,
Kathur. Minhajul Qashidin Jalan Orang-orang Yang Mendapat Petunjuk. Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar. 1997.
Sitanggal,
Anshori Umar. Terjemahan Durratun Nashihin Lengkap. Semarang : CV Asy Syifa’.
1991.
Khomeini,
Imam. 40 Hadis Telaah atas Hadis-hadis Mistik dan Akhlak. Bandung : PT Mizan
Pustaka. 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar