KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
memberikan taufik dan hidayah-NYA kepada penyusun, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan
mudah-mudahan sampai kepada kita selalu umatnya. Aamiin.
Paper ini menyajikan
tentang pengertian bergaul menurut islam, serta adab dan tatacara dalam islam.
Selain itu Penyusun juga memaparkan dalam makalah ini hikmah atau manfaat
bergaul dalam islam
Seiring dengan
berakhirnya penyusunan makalah ini, sepantasnyalah penulis mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah turut membantu penyusun dalam penyusunan
makalah ini.
Penyusun menyadari masih banyaknya kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu peyusun berharap adanya kritik
dan saran yang membangun. Penyusun berharap kiranya makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca dan mudah-mudahan makalah ini dijadikan
ibadah di sisi Allah Swt. Aamiin.
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar...............................................................................................................
i
Daftar
Isi.........................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Masalah...............................................................................
1
1.2
Rumusan
Masalah.........................................................................................
1
1.3
TujuanPenulisan...........................................................................................
2
1.4
Manfaat
Penulisan.........................................................................................
1.5 SistematikaPenulisan....................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Pergaulan.........................................................................................
3
2.2
Adab Pergaulan dalam Islam........................................................................
3
2.3
Manfaat
Pergaulan.......................................................................................
6
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan...................................................................................................
8
3.2
Saran.............................................................................................................
8
Daftar
Pustaka................................................................................................................
9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai makhluk
sosial, manusia tak bisa lepas dari yang namanya masyarakat. Begitu pula
dengan remaja, ia memerlukan interaksi dengan orang lain untuk mencapai
kedewasaannya. Yang perlu dicermati adalah bagaimana seorang remaja itu
bergaul, dengan siapa, dan apa saja dampak pergaulannya itu bagi dirinya, orang
lain, dan lingkungannya. Untuk itu kita lihat terlebih dahulu pengertian
pergaulan. Pergaulan berasal dari kata gaul. Pergaulan itu sendiri maksudnya
kehidupan sehari-hari dalam persahabatan ataupun masyarakat. Namun tidak
demikian dikalangan kebanyakan remaja saat ini. Gaul menurut dimensi
remaja-remaja yang katanya modern itu adalah ikut dalam trend, mode, dan hal
lain yang behubungan dengan keglamoran hidup. Harus masuk kedalam geng-geng,
sering nongkrong dan berpergian diberbagai tempat seperti mall, tempat wisata,
game center dan lain-lain. Yang mana pada akhirnya, gaul dimensi remaja akan
menimbulkan budaya konsumtif.
Yang
patut disayangkan pula dari “gaul” kebanyakan remaja saat ini adalah standar
nilainya diambil dari tradisi budaya ataupun cara hidup masyarakat nonmuslim.
Contoh, baju yang dipakai itu modelnya harus sesuai dengan mode-mode yang
berkembang di dunia internasional saat ini. Dan bisa kita lihat pakaian-pakaian
tersebut jarang sekali ada yang cocok dengan kriteria pakaian yang pantas
secara islam.
Solidaritas
dan kesetiakawanan sering dijadikan landasan untuk terjun kedunia hura-hura.
Dengan “setia kawan” itu pula kebanyakan remaja mulai merokok, minum minuman
keras, mengonsumsi narkoba, dan bahkan sex bebas. Kalau tidak ikut
kegiatan-kegiatan geng ataupun teman nongkrong bisa dianggap tidak “setia
kawan”. Paradigma seperti itulah yang menggerayangi pikiran sebagian remaja
masa kini. Sebenarnya dengan tindakan itu mereka telah merusak kemurnian makna
dari solidaritas dan kesetiakawanan itu sndiri.
Jika
ditinjau lebih dalam “gaul” tidak akan menimbulkan banyak dampak negatif jika
standar nilai yang dipakai untuk mendefinisikan gaul itu, standar nilai yang
sesuai dengan syariat islam dan juga budaya timur yang penuh dengan tata karma
dan kesopanan. Hanya saja, merubah sesuatu yang sudah mendarah daging
disebagian remaja saat ini tidaklah mudah. Semua itu memerlukan sinergi dari
semua pihak, baik orang tua, keluarga, pemuka masyarakat, pemerintah, dan yang
tak kalah pentingnya adalah peran kita sendiri sebagai remaja yang akan
menjalani kehidupan dalam bingkai kata “gaul” itu sendiri.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
masalah yang akan dibahas dari tema yang diangkat berdasarkan bahan kajian yang
diperoleh diantaranya pengertian pergaulan dalam menurut islam, adab atau
tata cara bergaul dan hikmah bergaul dengan tatacara islam.
1.3 Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
dan memahami pengertian pergaulan dalam islam
2. Mengetahui,
memahami dan mengaplikasikan adab dan tata cara bergaul dalam islam
3. Mengetahui
dan memahami hikmah bergaul dengan tata cara islam
1.4
Manfaat Penulisan
1. Untuk masyarakat dapat
mengetahui cara bergaul yang baik dalam syariat islam
2. Untuk mahasiswa dapat dijadika sebagai ajang dalam
belajar menulis, menyusun laporan, dan melaporkan serta mempertanggungjawabkan
hasilnya pada khalayak umum dalam presentasi diskusi
1.5 Sistematika
Penulisan
BAB I
Menjelaskan mengenai
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB
II
Menjelaskan tentang
landasan teori
BAB
III
Menjelaskan tentang
metode penelitian mengenai waktu dan tempat penelitian metode pengumpulan data
analisa data dan desain penelitian.
BAB
IV
Menjelaskan hasil dan
pembahasan penelitian.
BAB
V
Menjelaskan kesimpulan
dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Pergaulan
Pergaulan adalah proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu,
dapat juga oleh individu dengan kelompok. Juga, pergaulan merupakan salah satu
cara seseorang untuk berinteraksi dengan alam sekitarnya. Pergaulan merupakan
fitrah manusia sebagai makhluk social yang tak mungkin bisa hidup sendirian.
Manusia juga memiliki sifat tolong-menolong dan saling membutuhkan satu sama
lain. Interaksi dengan sesame manusia juga menciptakan kemaslahatan besar bagi
manusia itu sendiri dan juga lingkungannya. Berorganisasi, bersekolah, dan
bekerja merupakan contoh-contoh aktivitas bermanfaat besar yang melibatkan
pergaulan antar manusia. Namun, pergaulan tanpa dibentengi iman yang kokoh akan
mudah membuat seorang muslim terjerumus. Kita lihat di zaman sekarang, banyak
kejadian yang dapat membuat kita mengelus dada. Pergaulan bebas, video mesum,
perkosaan, dan berbagai bentuk perilaku penyimpangan lainnya. Semua itu
bersumber dari pergaulan yang salah dan tidak dilandaskan pada
kepatuhanterhadap ajaran Al-Qur’an.
Oleh karenanya, adalah suatu hal yang sangat penting mengetahui dan memahami
pergaulan-pergaulan dalam islam. Bagi sebagian orang yang tidak terbiasa dengan
tata cara pergaulan dalam islam, mereka akan merasa canggung atau barangkali
malah merasa tertekan karena pergaulan dalam islam itu terlihat begitu kaku dan
tidak seperti pergaulan yang umum ditemui di masyarakat.
Agama mulia ini diturunkan dari Allah Sang Maha Pencipta, Yang Maha Mengetahui
tentang seluk beluk ciptaan-Nya. Dia turunkan ketetapan syariat agar manusia
hidup tenteram dan teratur. Diantara aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi
manusia adalah aturan mengenai tata cara pergaulan antara pria dan wanita.
Seperti ungkapan terdahulu bahwa adanya tat cara pergaulan dalam islam itu
sebenarnya bukan untuk membatasi namun untuk menjaga harkat dan martabat
manusia itu sendiri agar tidak sama dengan tata cara dan tatanan para hewan
dalam bergaul. Bila satu tutunan itu diambil dengan kerendahan hati dan
keinginan untuk berbakti kepada ilahi, maka tak ada hal sulit untuk mengikuti
tuntunan yang baik itu.Terkesan sulit karena melihatnya dari sisi nafsu dan
kepentingan duniawi. Bila memang belum mampu menjalankan tuntunan yang
sebenarnya, jangan ditantang tuntunan itu. Cukup campkan dalam hati bahwa diri
akan selalu berusaha sekuat tenaga mengikuti aturan yang sesungguhnya. Kalau
menentang atau bahkan menantang, itulah tanda kesombongan diri terhadap Sang
Maha Kuasa.
2.2 Adab
Pergaulan dalam Islam
Rasulullah. Beliau adalah sosok yang menyenangkan. Wajahnya sumringah di hadapan
sahabat-sahabatnya. Beliau amat baik kepada keluarganya dan amat penyayang
kepada anak-anak. Nah, kita sendiri yang juga muslim ini bagaimana? Bisa tidak
seperti beliau?
a) Moral
– Respek – Komunikatif
Menjadi gaul yang
islami insyaallah bisa kita lakukan dengan minimal tiga kunci, yaitu:
1) Moral,
artinya selalu berkomitmen kepada aturan-aturan dan nilai-nilai Islam
2) Respek,
artinya menghargai orang lain
3) Komunikatif,
Pandai menjalin komunikasi.
b) Pergaulan
Seorang Muslim dengan Non Muslim
Dalam perkara-perkara umum (sosial) kita tetap menjalin hubungan yang baik
dengan non muslim sekalipun. Contoh baik: Nabi berdiri ketika iring-iringan
jenazah non muslim melewati beliau.
c) Pergaulan
Sesama Muslim
Sesama
muslim adalah bersaudara, seperti tubuh yang satu dan seperti satu bangunan
yang kokoh dan saling mendukung antar bagiannya.Pergaulan sesama muslim dibalut
dengan ukhuwah islamiyah. Ada banyak hak saudara kita atas diri kita,
diantaranya sebagaimana dalam hadits Nabi:
1) Jika
diberi salam hendaknya menjawab
2) Jika ada
yang bersin hendaknya kita doakan
3) Jika
diundang hendaknya menghadirinya
4) Jika ada
yang sakit hendaknya kita jenguk
5) Jika ada
yang meninggal hendaknya kita sholatkan dan kita antar ke pemakamannya
6) Jika
dimintai nasihat hendaknya kita memberikannya.Juga: tidak meng-ghibah
saudara kita, tidak memfitnahnya, tidak menyebarkan aibnya, berusaha membantu
dan meringankan bebannya, dan sebagainya.
Jika kamu mencintai saudaramu, ungkapkan. Hadiah juga bisa menumbuhkan rasa
cinta diantara kita. Jangan mudah mengkafirkan sesama muslim kecuali jika ada
sebab yang benar-benar jelas dan jelas.
d) Pergaulan
Antar Generasi
Yang tua menyayangi
yang lebih muda. Yang muda menghormati yang lebih tua.
e) Pergaulan
dengan Orang yang Dihormati
Hormatilah orang yang dihormati oleh kaumnya. Bagi orang-orang yang biasa
dihormati, jangan gila hormat, penghormatan harus tetap dalam bingkai syariat
Islam. Contoh orang-orang yang bisa dihormati: tokoh masyarakat, pejabat atau
penguasa, orang-orang yang mengajari kita, dan sebagainya.
f) Pergaulan
dengan Ortu dan Keluarga
Bersikap santun dan lemah lembut kepada ibu dan bapak, terutama jika telah
lanjut usianya. Terhadap keluarga, hendaknya kita senantiasa saling
mengingatkan untuk tetap taat kepada ajaran Islam. Sebagaimana Nabi telah
melakukannya kepada Ahlu Bait. Dan Allah berfirman: Quu anfusakum wa ahliikum
naara.
g) Pergaulan
dengan Tetangga
Tetangga harus kita hormati. Misalnya dengan tidak menzhalimi, menyakiti dan
mengganggunya, dengan membantunya, dengan meminjaminya sesuatu yang dibutuhkan,
memberinya bagian jika kita sedang masak-masak.
h) Pergaulan
Antar Jenis
Sudah menjadi fithrah, laki-laki tertarik kepada wanita dan demikian pula
sebaliknya. Islam telah mengatur bagaimana rasa tertarik dan rasa cinta
diantara dua jenis manusia itu dapat disalurkan. Bukan dengan pacaran dan
pergaulan bebas. Tetapi dengan ikatan yang kuat (mitsaq ghaalizh): pernikahan.
Jadi, ada batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan diluar
pernikahan.
i) Rambu-rambu
Islam tentang pergaulan
Islam adalah agama yang syamil (menyeluruh) dan mutakamil (sempurna). Agama
mulia ini diturunkan dari Allah Sang Maha Pencipta, Yang Maha Mengetahui
tentang seluk beluk ciptaan-Nya. Dia turunkan ketetapan syariat agar
manusia hidup tenteram dan teratur.
Diantara aturan yang
ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah aturan mengenai tata cara pergaulan
antara pria dan wanita. Berikut rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh setiap
muslim agar mereka terhindar dari perbuatan zina yang tercela:
Pertama, hendaknya setiap muslim menjaga pandangan matanya dari melihat lawan
jenis secara berlebihan. Dengan kata lain hendaknya dihindarkan berpandangan
mata secara bebas. Perhatikanlah firman Allah berikut ini, “Katakanlah kepada
laki-laki yang beriman; hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih baik bagi mereka…katakanlah kepada
wanita-wanita yang beriman; hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga
kemaluannya…” (QS. 24: 30-31).
Awal dorongan syahwat adalah dengan melihat. Karena itu jagalah mata agar
terhindar dari tipu daya syaithan. Tentang hal ini Rasulullah bersabda, “Wahai
Ali, janganlah engkau iringkan satu pandangan (kepada wanita yang bukan mahram)
dengan pandangan lain, karena pandangan yang pertama itu (halal) bagimu, tetapi
tidak yang kedua!” (HR. Abu Daud).
Kedua, hendaknya setiap muslim menjaga auratnya masing-masing dengan cara
berbusana islami. Secara khusus bagi wanita Allah SWT berfirman, “…dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak
daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya…” (QS.
24: 31).
Dalam hal menjaga aurat, Nabi menegaskan sebuah tata krama yang harus
diperhatikan, beliau bersabda: “Tidak dibolehkan laki-laki melihat aurat
(kemaluan) laki-laki lain, begitu juga perempuan tidak boleh melihat kemaluan
perempuan lain. Dan tidak boleh laki-laki berkumul dengan laki-laki lain dalam
satu kain, begitu juga seorang perempuan tidak boleh berkemul dengan sesama
perempuan dalam satu kain.” (HR. Muslim)
Ketiga, tidak berbuat sesuatu yang dapat mendekatkan diri pada perbuatan zina
(QS. 17: 32) misalnya berkhalwat (berdua-duaan) dengan lawan jenis yang bukan
mahram. Nabi bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
janganlah berkhalwat dengan seorang wanita (tanpa disertai mahramnya) karena
sesungguhnya yang ketiganya adalah syaithan (HR. Ahmad).
Keempat, menjauhi pembicaraan atau cara berbicara yang bisa ‘membangkitkan
selera’. Arahan mengenai hal ini kita temukan dalam firman Allah, “Hai para
istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti perempuan lain jika kamu bertaqwa.
Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara hingga berkeinginan orang yang ada
penyakit dalam hatinya. Dan ucapkanlah perkataan yang ma’ruf.” (QS. 33: 31)
Berkaitan dengan suara perempuan Ibnu Katsir menyatakan, “Perempuan dilarang
berbicara dengan laki-laki asing (non mahram) dengan ucapan lunak sebagaimana
dia berbicara dengan suaminya.” (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3)
Kelima, hindarilah bersentuhan kulit dengan lawan jenis, termasuk berjabatan
tangan sebagaimana dicontohkan Nabi saw, “Sesungguhnya aku tidak berjabatan
tangan dengan wanita.” (HR. Malik, Tirmizi dan Nasa’i). Dalam keterangan lain
disebutkan, “Tak pernah tangan Rasulullah menyentuh wanita yang tidak halal
baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hal ini dilakukan Nabi tentu saja untuk
memberikan teladan kepada umatnya agar melakukan tindakan preventif sebagai
upaya penjagaan hati dari bisikan syaithan. Wallahu a’lam. Selain dua hadits di
atas ada pernyataan Nabi yang demikian tegas dalam hal ini, beliau bersabda:
“Seseorang dari kamu lebih baik ditikam kepalanya dengan jarum dari besi
daripada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani).
Keenam, hendaknya
tidak melakukan ikhtilat, yakni berbaur antara pria dengan wanita dalam satu
tempat. Hal ini diungkapkan Abu Asied, “Rasulullah saw pernah keluar dari
masjid dan pada saat itu bercampur baur laki-laki dan wanita di jalan, maka
beliau berkata: “Mundurlah kalian (kaum wanita), bukan untuk kalian bagian
tengah jalan; bagian kalian adalah pinggir jalan (HR. Abu Dawud). Selain itu
Ibnu Umar berkata, “Rasulullah melarang laki-laki berjalan diantara dua
wanita.” (HR. Abu Daud).
2.2 Manfaat
Pergaulan
Telah
di jelaskan dalam sabdanya bahwa , Rasulullah bersabda, “Seseorang itu menurut
agama temannya, karena itu hendaknya seseorang diantara kalian melihat dengan
siapa dia bergaul.” ( HR. Adu Dawud dan Tirmidzi dari abu Hurairah )
Karena itu tidak heran
apabila seseorang itu merupakann guru bagi orang lain di sekitarnya.
Kepribadian seseorang itu dapat menular atau tertular orang lain. Demikian
halnya dalam etika, pergaulan dan hubungannya dengan orang lain. Penularan itu
disebabkan oleh pengaruh kedekatan dan pengaruh cinta. Dia tidak berdiam diri
kecuali dia adalah sebuah duplikasi, yang mengulang-ngulang perkataannya, yang
menampakkan perilakunya dalam perbuatan-perbuatan nya yang tanpa disadari
Imam Ali RA berkata, “bergaullah dengan orang yang bertakwa dan berilmu,
niscaya kalian bisa mengambil manfaatnya, karena bergaul dengan orang yang suka
berbuat baik bisa diharapkan (kebaikannya). Jauhilah kerusakan, sungguh jangan
bergaul dengan orang -orang yang rusak moralnya, karena bergaul dengan mereka
akan menular kepada Anda. Janganlah menjalin hubungan dengan orang yang hina
(rendah akhlaknya) karena itu akan menular kepadamu. Pilihlah temanmu. Adapun
manfaat bergaul, yaitu:
a) Ajang
memastikan identitas diri
Anak bisa melihat apakah dirinya populer di lingkungan
teman-temannya atau tidak. Sebab, yang terlibat jalan bareng teman adalah
anak-anak yang sudah terpilih di dalam peer group-nya. Untuk
terpilih di dalam peer group biasanya harus memiliki
persyaratan tertentu. Jika anak terpilih berarti ia sudah diterima di
lingkungan peer group-nya dan ini bisa Membuat anak lebih percaya
diri, ia pun akan lebih memahami identitas dirinya.
b) Meningkatkan
kemampuan berinteraksi dan ikatan pertemanan.
Banyak hal yang bisa dilakukan saat jalan bareng teman, mereka bisa tukar pikiran, sharing, saling membantu, saling mengingatkan, dan lainnya. Secara langsung hal ini akan meningkatkan kemampuan anak dalam berinteraksi sosial. Kegiatan ini pun akan meningkatkan kemampuan anak dalam ikatan pertemanannya.
Banyak hal yang bisa dilakukan saat jalan bareng teman, mereka bisa tukar pikiran, sharing, saling membantu, saling mengingatkan, dan lainnya. Secara langsung hal ini akan meningkatkan kemampuan anak dalam berinteraksi sosial. Kegiatan ini pun akan meningkatkan kemampuan anak dalam ikatan pertemanannya.
c) Memenuhi
kebutuhan otonomi
Saat jalan bareng teman, anak bisa dan bebas menentukan sendiri apa yang ia mau. Hal ini membuatnya senang karena otonominya saat itu digunakan dengan lebih leluasa, bebas dari aturan yang mungkin menurutnya mengekang. Selama hal tersebut wajar, tidak masalah.
Saat jalan bareng teman, anak bisa dan bebas menentukan sendiri apa yang ia mau. Hal ini membuatnya senang karena otonominya saat itu digunakan dengan lebih leluasa, bebas dari aturan yang mungkin menurutnya mengekang. Selama hal tersebut wajar, tidak masalah.
d) Memperkaya
pengalaman
Pengalaman anak
terhadap dunia luar akan meningkat. Misalnya, ketika menonton film di bioskop,
ia tahu banyak informasi yang di sajikan di film tersebut; ketika makan di
restoran, ia jadi tahu bahwa makanan di restoran berbeda dari masakan di rumah;
ketika bermain di game zone, ia tahu situasi dan kondisinya yang
begitu ramai dan riuh; ia juga bisa bertemu dengan berbagai karakter orang
beserta gaya dan model berbusananya; ia tahu apa saja yang sedang tren pada
saat itu, dan banyak lagi.
BAB III
PENUTUP
2.3 Kesimpulan
Dari uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa
pria dan wanita memang harus menjaga batasan dalam pergaulan. Dengan begitu
akan terhindarlah hal-hal yang tidak diharapkan. Tapi nampaknya rambu-rambu
pergaulan ini belum sepenuhnya difahami oleh sebagian orang. Karena itu menjadi
tanggung jawab kita menasehati mereka dengan baik. Tentu saja ini harus kita
awali dari diri kita masing-masing. Semoga Allah senantiasa membimbing kita dan
menjauhkannya dari perbuatan tercela dan perbuatan yang tidak terpuji. Amin.
2.4 Saran
Pergaulan
dan persahabatan yang baik tidak sampai putus karena permasalahan yang
tidak prinsip dan sepele atau karena informasi negatif yang belum jelas
kebenarannya terhadap sahabat kita. Sebab sebagai sahabat sesama muslim
mempunyai kewajiban terhadap saudaranya untuk saling tolong menolong. Allah SWT
berfirman : “Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa dan jangan
saling menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan”. (Q.S. Al-Maidah : 2).
Wallahu A’lam.
DAFTAR PUSTAKA
PAPER
ADAP
PERGAULAN DALAM ISLAM
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah umum Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu :
Dr. Sulaiman, M.Pd

Oleh :
Nama : Nova Hayuningtias
Nim : 6101414005
Rombel : 34
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar